SAILOR MOON

SAILOR MOON

Jumat, 19 Februari 2016

STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO BERSERTA ANALISISNYA



STUDI KASUS BUSINESS RISK AND MARKET RISK
PT GUDANG GARAM, Tbk


Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam sempat menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh liputan6.com berikut ini

Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten

Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su mengatakan, akibat dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari pelemahan rupiah tersebut. "Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek untuk pasar. Tapi emiten yang mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba bersih di setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun saham yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk (ISAT). Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih, sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang Garam menjadi salah satu perusahaan yang mengalami penurunan laba bersihnya sebesar 0,9%  akibat melemahnya nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Sehingga perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya  industri rokok  diberatkan dengan aturan pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok, PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada  Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu aturannya yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus menerus dan juga kewajiban menampilkan gambar - gambar seram dari bahayanya rokok pada kemasan dan iklan rokok.
Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang Garam. Dan jika dibandingkan dengan pendapatan penjualan, biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai dan PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap mengeluarkan dana untuk membayar besarnya biaya pita cukai sesuai aturan.
Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan dampak negatif rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya aturan pemerintah dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus mengurangi dan menghemat biaya perusahaan yang lainnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah.





ANALISIS

1.      Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?

Alasannya untuk perusahaan bisa memperoleh dan menambah modal kerja serta biaya untuk operasional dengan lebih mudah dan cepat, apalagi sebagai perusahaan rokok membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena banyak memperkerjakan tenaga kerja



2.      Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?

PT Gudang Garam melakukan kredit berupa pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank lokal dan asing, serta perusahaan mendapat pinjaman modal dari para  investor melalui penjualan saham perusahaan



3.      Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?

Untuk pembayaran kredit pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank perusahaan berusaha untuk melunasinya sebelum jatuh tempo, sementara untuk kepada investor pelunasannya dilakukan pembagian deviden kepada pemegang saham ketika perusahaan mendapatkan laba



4.      Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?

Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
Sesuai dengan pembahasan studi kasus, perusahaan ini yaitu PT Gudang Garam merasakan dampak dari penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang akan berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham, serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk serta pendapatan perusahaan.

Risiko Likuiditas
Karena perusahaan berhutang maka perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada sejumlah bank dan para investornnya.

Risiko Operasional
Perusahaan membutuhkan bahan baku yang berkualitas untuk memproduksi produknya namun banyak kendala yang harus dihadapi karena kualitas panen bahan baku yang sering berubah yang tentu saja akan mengganggu proses produksi.

Risiko Peraturan Pemerintah
Sebagai perusahaan yang memproduksi rokok yang mempunyai dampak negatif  pada kesehatan, tentu saja akan ada peraturan khusus dari pemerintah untuk mengawasi penjualan produk rokok tersebut, peraturan yang berupa pengetatan dalam iklan yang tentu akan mempengaruhi penjualan produk mau tidak mau harus dihadapi oleh perusahaan.



5.      Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan kredit atau berhutang?

Perusahaan dapat mengefisienkan pengeluaran dan memaksimalkan kinerja operasional serta penggunaan asset perusahaan yang ada agar dapat menyisihkan dana untuk melakukan promosi produk seperti menjadi sponsorship untuk acara-acara besar misalnya pertandingan olahraga bertaraf internasional, selain demi penaikan penjualan produk cara ini dilakukan agar tetap bisa berpromosi ditengah ketatnya peraturan iklan dan penjualan rokok oleh pemerintah.
Perusahaan juga dapat melakukan investasi dengan menanamkan modal dan membeli saham perusahaan lain agar mendapatkan sebagian deviden dari perusahaan tersebut untuk tambahan modal kerja.








STUDI KASUS OPERATIONAL RISK
KODAK

Penyebab Kodak Bangkrut

Liputan6.com, New York: Setelah Eastman Kodak Corporation dinyatakan pailit, muncul beragam penelitian tentang penyebab kebangkrutan perusahaan pelopor film fotografi tersebut.
Menurut sejumlah pengamat, seperti dikutip laman timesofindia.com, Senin (23/1), perusahaan pelopor fotografi tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun.
Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain.
"Kodak sangat puas dengan penilaiain Rochester dan tak pernah mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia," ujar Rosabeth Kanter, Profesor Administrasi Bisnis Arbuckle di Harvard Business School. "Ini seperti mereka tinggal di museum," sindirnya.
Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada 1960, Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital.

Namun, Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film initi mereka.
"Ketika (George Eastman) meninggal, ia menyisakan pengaruh pada perusahaan, yang salah satunya Kodak akan terus terikat dalam nostalgia," kata Nancy Westt, seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri. "Nostalgia memang indah, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju." tandasnya.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.
"Orang tidak hanya tertarik dengan fitur baru, kecuali sesuatu yang revolusioner, dan ini adalah fitur tambahan,"ujar Suzanne Kantra, Editor Blog Teknologi Techlicious dan matan Editor Teknologi Popular Science.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Sebaliknya, Kodak berfokus terlalu banyak pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.

Bangkrutnya Kodak, bangkrutnya pelopor fotografi
Jakarta (ANTARA News) - Eastman Kodak Co, ikon fotografi yang menemukan kamera tenteng (hand-held) telah mengajukan pailit dan berencana mengerutkan postur usahanya. Langkah ini ditempuh demi menghentikan laju terjun bebas dari meruginya salah satu perusahaan terkenal di Amerika Serikat itu.
Pengajuan pailit yang di Amerika terkenal dengan Pasal 11 ini, membuat Kodak menjadi perusahaan terbesar yang menjadi korban krisis di era digital.  Perusahaan ini gagal mengeluarkan teknologi lebih modern seperti kamera digital yang ironisnya justru ditemukannya. Kodak pernah mendominasi industri ini.
Status pailit ini membuat perusahaan yang didirikan pada 1880 itu mampu mendapatkan pembeli untuk sekitar 1.100 paten digitalnya. Kodak kini mempekerjakan 17.000 staf di seluruh dunia, padahal sembilan tahun lalu ada 63.900orang.
"Ini adalah hari yang sangat menyedihkan sekalipun kita telah berusaha mencegahnya," kata Shannon Cross, analis pada Cross Research. "Jika perusahaan ini bertahan, maka akan menjadi entitas (bisnis) yang jauh lebih kecil."
Menurut berkas ajuan pailit ke pengadilan pailit AS di Manhattan, Kodak memiliki asset 5,1 miliar dolar AS dan 6,75 miliar dolar AS liabilitas sampai akhir September lalu. Dari berkas itu pula diketahui bahwa Chief Financial Officer Antoinette McCorvey mengungkapkan rencana Kodak untuk menjual asset-asset pentingnya selama pailit itu.
Kodak berharap menuntaskan program restrukturisasi pada 2013. "Ini adalah satu langkah yang memang dibutuhkan dan hal baik yang mesti dilakuan demi masa depan Kodak," kata Chairman dan Chief Executive Antonio Perez. Nilai pasar Kodak telah amblas di bawah 100 juta dolar AS dari 31 miliar dolar AS yang dicapai 15 tahun lalu ketika harga sahamnya bertengger di 94 dolar AS.  Tapi kini harga sahamnya hanya 30 sen.
Kodak akhirnya memenangkan persetujuan resmi hakim kepailitan AS Allan Gropper untuk mendapatkan dana talangan senilai 650 juta dolar AS dari konsorsium pimpinan Citigroup Inc. Jumlah ini kurang 300 juta dolar AS dari yang diminta Kodak.  Tapi itu cukup membantu perusahaan untuk tetap beroperasi dan menghindari dilikuidasi. Dengar pendapat akhir akan dilangsungkan 15 Februari nanti. Proposal paket 18 bulan yang diajukan Kodak ini ditentang para kreditor karena khawatir Kodak tak bisa melunasinya, apalagi jika manajemen membiarkan kerugian terus menggunung dan gagal mereorganisasi perusahaan.
"Tak akan menjadi Pasal 7," kata hakim, merujuk kode pasal kepailitan di AS yang berarti sebuah perusahaan harus dilikuidasi.
Paten digital
Perez, mantan eksekutif Hewlett-Packard Co yang menjadi kepala Kodak pada 2005, beberapa tahun terakhir telah membanting usaha Kodak ke bisnis printer namun gagal memperbaiki profitabiltas perusahaan.  Sejak 2007 Kodak tak bisa lagi untung. Kodak tertinggal untuk waktu lama dari para pesaingnya, kata Ananda Baruah, analis Brean Murray. Kodak berjuang keras memenuhi kewajiban pensiun dan lainnya bagi lebih dari 65.000 pekerja, pensiunan dan lainnya.
McCorvey mengatakan Apple Inc, produsen BlackBerry Research in Motion Ltd dan HTC Corp dari Taiwan mundur dari negosiasi paten karena kondisi keuangan Kodak berdarah-darah. Litigasi paten terpenting Kodak untuk bisa untung kembali. Kodak menggugat Apple, Research in Motion dan HTC karena melanggar paten, namun ketiga perusahaan ini membantah. Menurut McCorvey, Kodak menderita krisis likuiditas yang akut setelah para vendor menghentikan pengapalan dan penyediaan jasa, serta menuntut jangka pembayaran yang lebih pendek. Kodak mengaku memiliki dana tunai 820 juta dolar AS, tapi angka itu anjlok hingga hanya 56,7 juta dolar AS.  Dan ini menekan kantor pusat Kodak di Rochester, New York, di mana jumlah pekerjanya terpangkas menjadi sekitar 7.000 orang dari sebelumnya 60.000 orang.
Andrew Cuomo, Gubernur New York, menyebut status pailit Kodak ini sebagai berita yang sulit dan disesalkan oleh kota tersebut, sementara Bank investasi Lazard membantu Kodak untuk mendapatkan pembeli paten digitalnya.  Mark Zupan, dekan fakultas bisnis Universitas Rochester, mengatakan Kodak masih memiliki banyak sekali nilai sehingga tak perlu dilikuidasi. "Segmen-segmen akan cukup menguntungkan demi mempertahankan status leader ketika perusahaan menjadi lebih ramping," katanya. Perez mengatakan pailit akan membantu Kodak memaksimalisasi nilai paten yang berkaitan dengan pencitraan digital yang digunakan secara virtual dalam setiap kamera digital modern, ponsel pintar dan tablet. Andrew Dietderich, pengacara Kodak, berkata kepada Gropper dalam dengar pendapat Kamis itu bahwa perusahaan itu percaya masih memiliki hak intelektual antara 2,2 - 2,6 miliar dolar AS. Di antara 100.000 kreditor Kodak itu diantaranya adalah Wal-Mart Stores Inc, Target Corp, Sony Corp dan Walt Disney Co.
Trademark

George Eastman yang putus sekolah SMA dari kawasan utara New York, mendirikan perusahaan ini pada 1880 dan mulai membuat piringan-piringan fotografis.  Untuk mengembangkan bisnisnya, dia menggunakan mesin bekas untuk membuat piringan-piringan foto. Dalam delapan tahun, nama Kodak menjadi trademark.  Perusahaan ini lalu mengenalkan kamera tenteng, lalu film roll-up. Eastman juga mengenalkan "Wage Dividend" dalam mana perusahaan memberi bonus kepada karyawan berdasarkan kinerjanya.
Kodak lalu membuat kamera-kamera seperti Brownie yang diluncurkan pada 1900 dan Instamatic pada 1963. Di lamannya, perusahaan ini mengatakan bahwa sebuah kamera Kodak telah digunakan pada misi Apollo 11 tahun 1969.  "Kamera Kodak telah digunakan oleh para astronot untuk memfilmkan pendaratan di bulan hanya dalam jarak beberapa inchi," kata NASA. Film Kodak telah digunakan pada 80 film pemenang Oscar untuk Film Terbaik.
Pada 1975, Kodak menemukan kamera digital seukuran pemanggang roti.  Kamera digital ini terlalu besar untuk saku fotografer amatir yang kantongnya kini bisa dipenuhi kamera-kamera digital buatan Canon, Casio dan Nikon. Namun Kodak malah mencampakkan kamera digital dan bertahun-tahun hanya menyaksikan pesaing-pesaingnya merampas pangsa pasar digital.
Pada 1994, Kodak men-spin off  bisnis kimia-nya, Eastman Chemical Co, yang terbukti berhasil. Kejatuhan Kodak di depan mata ketika September lalu, investor menarik 160 juta kreditnya sehingga membuat keuangan perusahaan menjadi kering. Belum jelas benar bagaimanakah Kodak akan menangani kewajiban pensiunya, yang kebanyakan mengambilnya berdekade-dekade lalu ketika perusahaan-perusahaan AS malah menawarkan paket pensiun dan kesehatan yang lebih menarik.




ANALISIS
1.      Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?

Perusahaan Kodak melakukan pinjaman selain untuk memdapatkan modal untuk melakukan produksi, meminjam modal pada investor juga dapat memperluas penggunaan produk dan nilai paten dari produk agar perusahaan bisa berkerjasama dengan beberapa perusahaan yang terkait



2.      Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?

Perusahaan Kodak mendapat pinjaman modal dari  investornya yang berupa beberapa perusahaan terkait dan diantaranya secara langgsung menggunakan produk yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti Wal-Mart Stores Inc, Target Corp, Sony Corp dan Walt Disney Co.



3.      Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?

Perusahaan akan melunasi kewajibannya kepada investor jika perusahaan mendapatkan laba dari penjualan produk, karena perusahaan mengalami kerugian dan pailit, sehingga perusahaan harus menjual beberapa assetnya serta melaporkan kepailitannya kepada pemerintah agar mendapat bantuan dalam melunasi utang-utangnya tersebut



4.      Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?

Risiko Operasional
Perusahaan Kodak yang bergerak didunia tekonologi tentu akan banyak mengalami perubahan dan kemajuan zaman, namun perusahaan ini tidak mampu untuk memproduksi produk maupun itu menciptakan produk baru ataupun memperbarui produk lama mereka sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para konsumen dan masyarakat luas, sehingga perusahaan harus menghadapi masalah bahwa produk mereka tertinggal serta kalah bersaing dengan produk lain dan menimbulkan kerugian pada perusahaan

Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada sejumlah perusahaan dan investornnya, apalagi perusahaan mengalami pailit karena produk yang dijual tidak bisa menhasilkan keuntungan pada perusahaan

Risiko Reputasi
Perusahaan terancam memiliki reputasi yang buruk karena banyak pengamat bisnis yang meramalkan bahwa perusahaan tidak mampu lagi beroperasi karena harga saham perusahaan yang terus menurun

Risiko Tenaga Kerja
Karena perusahaan secara terus menerus mengalami kerugian maka perusahaan harus mengurangi banyak tenaga kerjanya serta permasalahan untuk membayar gaji dan biaya pensiun bagi para karyawannya yang masih berkerja

Risiko Bisnis
Persaingan bisnis didunia tekonologi sangatlah pesat, pesaing selalu mengeluarkan produk terbaru dan lebih canggih, sehingga lebih digemari oleh konsumen dan laku dipasaran, risiko ini menjadi salah satu risiko yang tidak bisa dilalui oleh perusahaan Kodak.



5.      Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan kredit atau berhutang?

Karena Perusahaan Kodak sebenarnya sudah lama bergelut didunia teknologi dan fotograpi, perusahaan juga sudah punya nilai paten atas beberapa produk yang mereka ciptakan serta sudah mendapat banyak kepercayaan dari beberapa perusahaan yang menggunakan produknya tersebut tentu saja perusahaan seharusnya sudah punya banyak pengalaman tentang sektor ini. Sebaiknya perusahaan membangun kerjasama dengan perusahaan lain masih terkait dengan dunia fotografi dan teknologi jika memang perusahaan sudah tidak mampu untuk memproduksi sendiri produk yang dapat laku dipasaran. Dengan berkerjasama dengan perusahaan lain Kodak masih bisa menggunakan pengalamannya dan berbagai assetnya yang masih dimiliki untuk keperluan operasional, tanpa harus meminjam modal dari pihak lain.
Selain itu perusahaan juga dapat beralih ke bidang media sosial seperti yang telah disarankan oleh analis, selain karena sedang majunya bisnis dalam dunia online, modal yang harus dikeluarkan jumlahnya pun tidak sebanyak untuk memproduksi perangkat keras yang biasanya dilakukan oleh Kodak selama ini.








STUDI KASUS CREDIT RISK
PT KIANI KERTAS

Prabowo dan 'Kebocoran' di PT.Kiani Kertas


Kembali, lebih dari 1000 orang karyawan PT. Kiani Kertas (Kertas Nusantara) dijadwalkan akan demo di depan kantor pemkab Berau Kalimantan Timur karena tunggakan gaji yang tidak diterima karyawan selama lebih dari 5 bulan. Pembayaran ini sudah ditunggak sejak bulan Agustus tahun lalu, karena kondisi keuangan perusahaan kertas terbesar di Asia tersebut dalam kondisi kritis. Ada apa dengan PT. Kiani Kertas? Bukankah dulu perusahaan ini berkibar dan sangat menguntungkan? Mengapa kini dalam kondisi terengah-engah? Salah kelola seperti apa? Apa ada yang bocor? Menurut Suyadi, Ketua DPC SBSI Berau Kaltim, sebelum diambil alih oleh Prabowo, kondisi PT. Kiani sangat sehat. Pabrik berjalan dengan baik, karyawan sejahtera, penduduk sekitar yang memiliki pohon diuntungkan juga dengan menyuplai ke PT. Kiani Kertas. Sebelum diambil alih oleh Prabowo, perusahaan itu sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan berhasil meningkatkan taraf perekonomian di Berau. Tetapi sekarang, walupun mesin-mesin masih baik, suplai kayu sudah ada (dari masyarakat sekitar yang menanam pohon kayu di HTI), tetapi mengapa justru produksi dihentikan? Pengambil Alihan PT. Kiani Kertas dari Bob Hassan ke Prabowo Dulu perusahaan ini merupakan perusahaan milik Bob Hassan. Perusahaan ini diambil alih oleh BPPN terkait penyelesaian hutang Bank Umum Nasional milik Bob Hassan senilai Rp 8,9 Trilyun. Berarti dalam hitungannya ketika itu tentu nilai PT. Kiani Kertas senilai Rp 8,9 Trilyun. Tahun 2002, BPPN menawarkan kepada perusahaan milik Prabowo Subianto, PT. Voyala, yang kemudian membeli semua saham PT. Kiani senilai Rp 7,1 Trilyun. Dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri. Tetapi kemudian PT. Kiani terjerat dalam kredit macet tidak mampu membayar hutangnya ke Bank Mandiri.
Pada tahun 2005, Prabowo dipanggil oleh Kejagung sebagai saksi penyaluran kredit dari Bank Mandiri ke PT. Kiani Kertas, karena ada temuan dari Kejagung dan BPK terdapat perbuatan melawan hukum dalam penyaluran kredit Rp 1,89 Trilyun yang berpotensi menimbulkan kerugian negara. Tetapi tahun 2011, kasus ini di SP3kan oleh Kejagung. Penyelamat Prabowo dalam masalah kredit macet PT. Kiani Kertas adalah Hasyim Joyohadikusumo, yang pada tahun 2007 menyetorkan uang ke Bank Mandiri senilai US$ 50 juta, sehingga PT. Kiani bisa melakukan restrukturisasi hutang. Pada tahun 2011, PT. Kiani digugat pailit ke PN Jakpus karena tidak mampu membayar hutang dengan no register perkara 31/Pailit/2011/PN Niaga Jakpus.
PT.Kiani lolos dari gugatan pailit setelah 89% atau 120 kreditur dari 143 setuju memberikan perpanjangan masa pembayaran hutang. Keputusan ini diambil dari rapat pemungutan suara yang diadakan untuk memutuskan atau menolak proposal perpanjangan hutang oleh perusahaan milik Prabowo tersebut. Perpanjangan masa pembayaran terhitung mulai 2013, selama 15 tahun untuk kreditur separatis dan 20 tahun untuk kreditur konkuren Data kurator kepailitan menunjukkan bahwa hutang perusahaan terdiri dari :
1. Rp 7,94 Trilyun kepada kreditur separatis (kreditur utama atau pemegang jaminan kebendaan atau asset, prioritas mendapatkan pembayaran penjualatan kepailitan)
2. Rp 5,6 Trilyun kepada kreditur konkuren yang diakui
3. Rp 734 milyar kepada kreditur konkuren yang diakui sementara
Yang mengherankan, ternyata Prabowo meminjam kepada asing. Jadi kreditur separatis senilai Rp 7,94 Trilyun itu adalah JP Morgan Europe Ltd, Credit Suisse International, Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc. Lah, ini sami mawon donk, dimana letak nasionalismenya? Tidak semua kreditur menyetujui proposal perpanjangan hutang tersebut. Salah satunya adalah Allied Ever Investmen Ltd, yang menyatakan bahwa proposal dibuat sederhana. Padahal hutang yang dibuat oleh PT. Kiani Kertas ini dulu Rp 14,3 Trilyun. Kuasa hukumnya menyatakan: 'Banyak hal yang seharusnya diperiksa dan dipelajari. Apalagi laporan keuangan mereka juga tidak diaudit. Yang diaudit baru disampaikan kemarin.' Dana yang dipinjam memang sangat besar sekali. Nilainya trilyunan rupiah. Jika perusahaan tetap sekarat, cashflow perusahaan untuk bergerak tidak ada, bukankah penzaliman namanya terhadap karyawan yang ada beserta masyarakat sekitar yang menumpukan hidupnya dengan keberadaan perusahaan ini? Kemana larinya hasil produksi dulu yang sempat sangat baik? Dan kini, perusahaan itu masih berdarah-darah. Apakah Prabowo tidak berminat menutup kebocoran disini dengan serius pembenahan manajemen di PT. Kiani Kertas alias Kertas Nusantara ini?




ANALISIS

1.      Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?

Perusahaan terlibat utang untuk keperluan bisnis karena ada pemindah alihan kepemilikan perusahaan dari Bob Hasan ke PT. Voyala, perusahaan milik Prabowo Subianto yang membeli seluruh saham PT. Kiani yang senilai Rp 7,1 Trilyun namun dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri



2.      Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?

PT. Kiani menjadi terlibat utang kepada Bank Mandiri, dan kepada beberapa pihak kreditur lainnya yang berupa kreditur separatis, kreditur konkuren yang diakui, kreditur konkuren yang diakui sementara, serta kreditur asing seperti JP Morgan Europe Ltd, Credit Suisse International, Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc.



3.      Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?

Karena perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya kepada para kreditur unuk saat ini, maka perusahaan sempat digugat pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun perusahaan berhasil lolos dari gugatan tersebut dan mendapat perpanjangan waktu untuk melunasi kewajibannya dari para kreditur



4.      Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?

Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada bank dan sejumlah pihak yang menjadi krediturnya meskipun sudah mendapat perpanjangan waktu karena perusahaan tidak beroperasi dengan baik.

Risiko Operasional
Perusahaan memiliki risiko operasional karena ada perubahan kepemilikan perusahaan yang secara langsung merubah dan mengganggu sistem operasional serta manajemen internal perusahaan menjadi tidak berfungsi dengan baik dan menimbulkan masalah

Risiko Tenaga Kerja
Perusahaan yang tidak produktif dengan baik seperti sebelumnya menghasilkan risiko kepada perusahaan tidak bisa membayar gaji para tenaga kerjanya dengan sesuai.



5.      Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan kredit atau berhutang?

Karena sebelum pemindah alihan kepemilikan perusahaan, PT Kiani Kertas sudah dapat beroperasi dengan baik tanpa terlilit oleh utang, maka dari itu perusahaan seharusnya bisa tetap mempertahankan sistem manajemen dan operasional mereka dengan baik agar perusahaan tetap berproduksi dengan lancar dan perusahaan bisa mendapatkan keuntungan.
Sistem manajemen internal yang baik, mengurangi pengeluarkan perusahaan yang tidak penting, memaksimalkan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan serta memanfaatkan sumber daya dari lingkungan sekitar perusahaan untuk kebutuhan produksi dapat menghemat biaya perusahaan daripada perusahaan harus meminjam dana kepada kreditur untuk kebutuhan produksi.






SUMBER

mohon maaf bila ada kesalahan saya juga masih dalam proses belajar
terimakasih

5 komentar:

  1. Terima kasih linknya ke duniaindustri.com (pioner berita dan komunitas industri di Indonesia)

    BalasHapus
  2. Terima kasih linknya ke duniaindustri.com (pioner berita dan komunitas industri di Indonesia)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. terimakasih ka info nya sangat membantu tugas kuliah saya

    BalasHapus

Mohon Komentarnya yaa...
TERIMA KASIH sudah baca..