SAILOR MOON

SAILOR MOON

Minggu, 22 November 2015

Perbedaan Indonesia dan Thailand (berdasarkan Kebudayaan, Memahami konsep waktu, Peranan Wanita didunia kerja, serta Budaya berkerjanya)

[Saya memang belum pernah pergi langsung dan tinggal di Thailand, Artikel ini saya buat berdasarkan beberapa artikel yang saya baca, yang kemudian saya simpulkan]



Perbedaan Negara Indonesia Dengan Negara Thailand
Untuk tugas Komunikasi Bisnis kali ini, saya akan membahas tentang perbedaan apa saja yang ada diantara negara kita Indonesia dengan salah satu negeri tetangga yaitu Thailand, meskipun kedua negara tersebut masih sama-sama berada di wilayah Asia Tenggara, tentu saja ada perbedaan yang mendasar diantara keduanya mulai dari kebudayaan, konsep dalam memahami waktu, peran perempuan dalam dunia berkerja ataupun bisnis, serta perbedaan dalam budaya berkerja. Maka dari itu saya akan membahasnya satu-persatu dibawah ini.

Kebudayaan
Indonesia dan Thailand  adalah negara yang sama-sama menjunjung  tinggi budaya dan adat ketimuran, perbedaan yang paling mencolok dari keduanya selain bahasa dan tulisan, adalah tak seperti Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, di Thailand penduduknya kebanyakkan menganut agama Buddha, sehingga ajaran Buddha ini sangat melekat dan banyak pempengaruhi kehidupan sehari-hari dari penduduk Thailand tersebut. Masyarat Thailand sangat menghormati Raja mereka sebagai kepala negara, serta menghargai biksu sebagai sosok pemuka agama.
Thailand merupakan negara yang selalu  menjaga dan mempertahankan tradisi dan kebudayaan lokal mereka seperti rumah adat, busana, bahasa dan tulisan huruf alphabet mereka sebai identitas bangsa. Serta ada hal lain yang patut dicontoh oleh Indonesia dari negeri gajah putih ini, yaitu masyarakat Thailand sangat banga atas produk lokal mereka, sehingga produk dalam negeri mereka tidak kalah bersaing dengan produk dari  luar negeri.

Memahami Konsep Waktu
Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, masyarakat di Thailand sangat mementingkan ketepatan waktu, tidak hanya itu ketika membuat janji atau pertemuan mereka juga akan lebih spesifik dan jelas dalam menyertakan waktunya, mereka tidak hanya menyebut satuan jam saja, melainkan menyertakan satuan menitnya pula. Misalnya kita akan membuat janji pukul 15.26 maka mereka akan datang tepat pada waktu yang telah disepakati. Selain itu masyakarakat Thailand juga sangat menghargai waktu dan mempergunakannya dengan sebaik mungkin, jadi ketika waktunya berkerja mereka akan mempergunakan waktu tersebut untuk serius berkerja dengan baik, sementara itu  jika waktunya libur mereka akan benar-benar memakainya untuk beristirahat dan tidak akan membahas masalah pekerjaan. Jadi berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dipastikan di Thailand jarang sekali terjadi “jam karet” seperti yang sering terjadi di Indonesia.

Peran Perempuan dalam Dunia Berkerja atau Bisnis
Thailand sangat terkenal dalam produk pertanian dan perkebunannya, sehingga tak heran jika sektor agraris mereka sangatlah maju, perkejaan petani pun kini tak hanya dilakukan oleh kaum lelaki saja tetapi perempuan pun sudah banyak yang berkerja sebagai petani terutama pada daerah Thailand Utara.  Selain dari sektor pertanian, perempuan Thailand yang berpendidikan juga banyak berperan dalam sektor perkerjaan yang lainnya termasuk juga dalam sektor bisnis. Bahkan menurut salah satu artikel di Merdeka.com menyatakan bahwa negara Thailand termasuk kedalam negara yang dapat mempertahankan tingkat partisipasi tenaga kerja wanitanya, tentu hal ini sangalah dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara.
Namun ada hal yang harus diingat, sama seperti kebanyakan negara dibenua Asia lainnya tenaga kerja wanita yang berpendidikan di Thailand juga masih harus berjuang dan bersaing untuk mendapatakan perkerjaan yang sesuai, selain itu juga masih ada tanggapan tradional mengenai wanita yang berkerja, seperti masih adanya  tanggapan orang tua yang melarang  anak perempuannya untuk masuk kedalam dunia perkerjaan (salah satu alasannya karena takut anak gadisnya jadi telat menikah), serta masih kurangnya mekanisme yang mendukung untuk tenaga kerja wanita yang sudah memiliki anak agar dapat terus berkarier dengan baik tanpa harus melupakan tugasnya sebagai seorang ibu.
[info tambahan sebagian wanita Thailand itu sedikit sensitif jika ditanya mengenai umur dan statusnya lajang/sudah menikah oleh orang yang baru dikenal, jadi hati-hati yaaa]

Budaya Berkerja
Jika masyarakat Indonesia terkenal dengan sikapnya yang ramah dan solidaritasnya tinggi. Sementara itu masyarakat Thailand terkenal dengan mental pekerja keras. Karena bisa dilihat dari masyarakat Thailand yang sejak kecil diajari bahasa dan huruf Thailand yang dikenal  cukup rumit.
Selain itu dalam dunia bisnis, Thailand memiliki gaya tersendiri dalam hal kepemimpinan dan manajemen perusahaan, Meski ada beberapa kesamaan dengan kultur kepemimpinan CEO Asia lainnya, banyak gaya CEO Thailand yang sangat khas karena dipengaruhi oleh kultur setempat.
Secara umum ada 6 karakter utama yang diharapkan merekat pada setiap CEO Thailand, yaitu:
1.       Kreng Jai, sedikit sulit diterjemahkan secara pasti, tetapi kira-kira intinya adalah sikap, yang mana individu perlu mengendalikan emosi, memelihara rasa kebersamaan dan kerja sama tim. Kreng Jai bisa pula berarti menjaga perasaan orang lain dan “menyelamatkan muka” apabila menghadapi situasi sulit atau menyudutkan. Secara umum sikap ini mirip dengan sikap pemimpin Asia lainnya, kalau di Indonesia bisa diterjemahkan sebagai sikap musyawarah untuk mufakat.
2.       Bun Khun, merupakan salah satu sikap mendasar yang diambil dari kultur masyarakat Thailand, yang mana hidup ini merupakan sebuah lingkaran, dan dalam proses mengarungi kehidupan, setiap individu harus saling menolong. Yang tua atau berpengalaman menolong yang muda, yang lebih berkuasa memperhatikan yang lemah. Ada dua hal penting yang menjadi fondasi sikap Bun Khun, yakni Roo Bun Khun (orang yang ditolong mengapresiasi yang menolong) dan Tob Taen Bun Khun (orang yang ditolong akan membalas jasa si penolong apabila ada kesempatan). Bun Khun sangat penting untuk menjaga toleransi dan keseimbangan dalam kehidupan bisnis, keluarga ataupun pribadi.
3.       Hai Kiad, Pada individu Thailand sejak kecil ditanamkan Hai Kiad, yakni sikap memberikan hormat atau respek kepada pihak lain, terutama yang lebih senior, sepuh atau dituakan. Terlihat jelas pada waktu individu Thailand memberikan Wai atau sikap respek sambil menunduk dan menempelkan dua telapak tangan di depan dada, ini merupakan sikap umum yang diperlihatkan orang Thailand apabila bertemu dengan senior atau yang lebih tua. Hai Kiad juga terlihat pada jabatan atau ketika memanggil atasan atau senior dengan sebutan awal Khun atau gelar lain di depan nama. Hai Kiad ditunjukkan pula dengan tidak mengkritik atau mengonfrontasi individu lain di depan umum.
4.       Nam Jai, yakni sikap mempunyai inisiatif atau keinginan menolong orang lain tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan dari pihak yang ditolong. Sikap ini diharapkan tersirat kuat pada setiap pemimpin perusahaan atau CEO Thailand.
5.       Hen Jai, secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai kemampuan melihat dengan hati. Inilah sikap kepada atasan atau yang lebih senior untuk berempati terhadap bawahan atau karyawan junior, misalnya memberikan dukungan ke bawahan yang perlu cuti mendadak untuk membawa anaknya yang sakit ataupun mendengarkan karyawan yang merasa beban kerjanya berlebihan. Pengaruh Hen Jai sangatlah besar, karena mampu memberikan motivasi yang besar kepada karyawan. Tidak heranlah banyak pegawai  Thailand yang loyalitasnya cenderung kepada atasan ketimbang perusahaan. Ini dalam arti positif, yang mana perusahaan juga diuntungkan dengan rendahnya kinerja karyawan dan meningkatnya produktivitas kerja.
6.       Sam Ruan, sikap yang diambil dari ajaran agama Buddha yang merupakan agama yang  mayoritas dianut oleh penduduk Thailand, yang berarti jalan tengah, yang mana seorang pemimpin diharapkan mampu mengendalikan sikap emosi berlebihan seperti menunjukkan kemarahan atau argumen keras di depan orang banyak. Masyarakat Thailand secara umum mempunyai sifat lembut, sensitif dan sangat tidak nyaman dengan suasana emosi dan marah.
Selain yang diatas dalam manajemen Thailand juga penting Menjaga Rasa dan Menjaga Muka atau Saving face yaitu sesuatu yang merujuk pada karakter selalu berusaha keras mengendalikan situasi dan “menyelamatkan muka” individu lain. Sangat penting bagi individu Thailand mempunyai rasa hormat yang tinggi di depan karyawan, pelanggan dan keluarga. Dalam model CEO gaya AS atau Eropa, sikap konfrontatif dan argumentatif bisa dinilai positif, kadang disebut sebagai debat yang sehat, namun, sikap ini kurang bisa diterima oleh masyarakat Thailand.
Kritik yang membangun juga tidak ada dalam kamus manajemen Thailand, karena setiap kritik pasti akan melukai perasaan pihak yang dikritik dan membuat individu lain kehilangan muka. Pimpinan Thailand akan selalu mencari cara menyelesaikan masalah tanpa konfrontasi berlebihan dan kadang terlihat kompromistis demi menjaga situasi dan hubungan agar tetap terbangun baik.
Intinya menjaga hubungan antarindividu ataupun atasan-bawahan adalah sangat penting dalam dunia kerja di Thailand dan hal tersebut dapat dilakukan dengan rumus yang sederhana, yakni berbicara secara perlahan, banyak tersenyum, tenang, sabar, dan bersikap bersahabat.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari perbedaan budaya berkerja antara Indonesia dan Thailand adalah meskipun sama-sama negara Asia Tenggara yang masih berkembang, negara Thailand lebih menghargai waktu dibandingkan dengan Indonesia serta mereka sangatlah bangga atas produk dalam negeri mereka sendiri, selain itu budaya berkerja, kepemimpinan serta manajemen perusahaan di Thailand sangatlah lekat dengan budaya sehari-hari masyarakatnya yang mayoritas penganut agama Buddha, ini memanglah bukan hal yang salah namun akan sedikit memberikan kesulitan dalam beradaptasi ketika akan berkerjasama dengan pihak luar yang memiliki budaya dan gaya berkerja yang berbeda dari biasanya yang berlaku di Thailand. Jadi meski Thailand memiliki banyak hal positif yang patut Indonesia contoh, tetapi tetap saja adahal  yang harus disesuaikan juga dengan budaya yang ada di negara Indonesia.


Sumber

Artikel ini juga sudah saya post sebelumnya diblog saya yang lainnya

TERIMAKASIH
MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN