Perbedaan Negara Indonesia Dengan Negara Thailand
Untuk tugas Komunikasi Bisnis kali
ini, saya akan membahas tentang perbedaan apa saja yang ada diantara negara
kita Indonesia dengan salah satu negeri tetangga yaitu Thailand, meskipun kedua
negara tersebut masih sama-sama berada di wilayah Asia Tenggara, tentu saja ada
perbedaan yang mendasar diantara keduanya mulai dari kebudayaan, konsep dalam
memahami waktu, peran perempuan dalam dunia berkerja ataupun bisnis, serta
perbedaan dalam budaya berkerja. Maka dari itu saya akan membahasnya satu-persatu
dibawah ini.
Kebudayaan
Indonesia dan Thailand adalah negara yang sama-sama menjunjung tinggi budaya dan adat ketimuran, perbedaan
yang paling mencolok dari keduanya selain bahasa dan tulisan, adalah tak
seperti Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, di Thailand
penduduknya kebanyakkan menganut agama Buddha, sehingga ajaran Buddha ini
sangat melekat dan banyak pempengaruhi kehidupan sehari-hari dari penduduk
Thailand tersebut. Masyarat Thailand sangat menghormati Raja mereka sebagai
kepala negara, serta menghargai biksu sebagai sosok pemuka agama.
Thailand merupakan negara yang
selalu menjaga dan mempertahankan
tradisi dan kebudayaan lokal mereka seperti rumah adat, busana, bahasa dan tulisan
huruf alphabet mereka sebai identitas bangsa. Serta ada hal lain yang patut
dicontoh oleh Indonesia dari negeri gajah putih ini, yaitu masyarakat Thailand
sangat banga atas produk lokal mereka, sehingga produk dalam negeri mereka
tidak kalah bersaing dengan produk dari
luar negeri.
Memahami Konsep Waktu
Menurut beberapa artikel yang
pernah saya baca, masyarakat di Thailand sangat mementingkan ketepatan waktu,
tidak hanya itu ketika membuat janji atau pertemuan mereka juga akan lebih
spesifik dan jelas dalam menyertakan waktunya, mereka tidak hanya menyebut
satuan jam saja, melainkan menyertakan satuan menitnya pula. Misalnya kita akan
membuat janji pukul 15.26 maka mereka akan datang tepat pada waktu yang telah
disepakati. Selain itu masyakarakat Thailand juga sangat menghargai waktu dan
mempergunakannya dengan sebaik mungkin, jadi ketika waktunya berkerja mereka
akan mempergunakan waktu tersebut untuk serius berkerja dengan baik, sementara
itu jika waktunya libur mereka akan
benar-benar memakainya untuk beristirahat dan tidak akan membahas masalah
pekerjaan. Jadi berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dipastikan di Thailand
jarang sekali terjadi “jam karet” seperti yang sering terjadi di Indonesia.
Peran Perempuan dalam Dunia Berkerja atau Bisnis
Thailand sangat terkenal dalam
produk pertanian dan perkebunannya, sehingga tak heran jika sektor agraris
mereka sangatlah maju, perkejaan petani pun kini tak hanya dilakukan oleh kaum
lelaki saja tetapi perempuan pun sudah banyak yang berkerja sebagai petani
terutama pada daerah Thailand Utara. Selain dari sektor pertanian, perempuan Thailand
yang berpendidikan juga banyak berperan dalam sektor perkerjaan yang lainnya
termasuk juga dalam sektor bisnis. Bahkan menurut salah satu artikel di
Merdeka.com menyatakan bahwa negara Thailand termasuk kedalam negara yang dapat
mempertahankan tingkat partisipasi tenaga kerja wanitanya, tentu hal ini
sangalah dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara.
Namun ada hal yang harus diingat,
sama seperti kebanyakan negara dibenua Asia lainnya tenaga kerja wanita yang
berpendidikan di Thailand juga masih harus berjuang dan bersaing untuk
mendapatakan perkerjaan yang sesuai, selain itu juga masih ada tanggapan
tradional mengenai wanita yang berkerja, seperti masih adanya tanggapan orang tua yang melarang anak perempuannya untuk masuk kedalam dunia
perkerjaan (salah satu alasannya karena takut anak gadisnya jadi telat menikah), serta masih kurangnya mekanisme yang mendukung untuk tenaga kerja
wanita yang sudah memiliki anak agar dapat terus berkarier dengan baik tanpa
harus melupakan tugasnya sebagai seorang ibu.
[info tambahan sebagian wanita Thailand itu sedikit sensitif jika ditanya mengenai umur dan statusnya lajang/sudah menikah oleh orang yang baru dikenal, jadi hati-hati yaaa]
[info tambahan sebagian wanita Thailand itu sedikit sensitif jika ditanya mengenai umur dan statusnya lajang/sudah menikah oleh orang yang baru dikenal, jadi hati-hati yaaa]
Budaya Berkerja
Jika masyarakat Indonesia
terkenal dengan sikapnya yang ramah dan solidaritasnya tinggi. Sementara itu masyarakat
Thailand terkenal dengan mental pekerja keras. Karena bisa dilihat dari masyarakat
Thailand yang sejak kecil diajari bahasa dan huruf Thailand yang dikenal cukup rumit.
Selain itu dalam dunia bisnis,
Thailand memiliki gaya tersendiri dalam hal kepemimpinan dan manajemen
perusahaan, Meski ada beberapa kesamaan dengan kultur kepemimpinan CEO Asia
lainnya, banyak gaya CEO Thailand yang sangat khas karena dipengaruhi oleh
kultur setempat.
Secara
umum ada 6 karakter utama yang diharapkan merekat pada setiap CEO Thailand,
yaitu:
1.
Kreng Jai,
sedikit sulit diterjemahkan secara pasti, tetapi kira-kira intinya adalah
sikap, yang mana individu perlu mengendalikan emosi, memelihara rasa
kebersamaan dan kerja sama tim. Kreng Jai bisa pula berarti menjaga perasaan
orang lain dan “menyelamatkan muka” apabila menghadapi situasi sulit atau
menyudutkan. Secara umum sikap ini mirip dengan sikap pemimpin Asia lainnya,
kalau di Indonesia bisa diterjemahkan sebagai sikap musyawarah untuk mufakat.
2.
Bun Khun,
merupakan salah satu sikap mendasar yang diambil dari kultur masyarakat
Thailand, yang mana hidup ini merupakan sebuah lingkaran, dan dalam proses
mengarungi kehidupan, setiap individu harus saling menolong. Yang tua atau
berpengalaman menolong yang muda, yang lebih berkuasa memperhatikan yang lemah.
Ada dua hal penting yang menjadi fondasi sikap Bun Khun, yakni Roo Bun Khun
(orang yang ditolong mengapresiasi yang menolong) dan Tob Taen Bun Khun (orang
yang ditolong akan membalas jasa si penolong apabila ada kesempatan). Bun Khun
sangat penting untuk menjaga toleransi dan keseimbangan dalam kehidupan bisnis,
keluarga ataupun pribadi.
3.
Hai Kiad,
Pada individu Thailand sejak kecil ditanamkan Hai Kiad, yakni sikap memberikan
hormat atau respek kepada pihak lain, terutama yang lebih senior, sepuh atau
dituakan. Terlihat jelas pada waktu individu Thailand memberikan Wai atau sikap
respek sambil menunduk dan menempelkan dua telapak tangan di depan dada, ini
merupakan sikap umum yang diperlihatkan orang Thailand apabila bertemu dengan
senior atau yang lebih tua. Hai Kiad juga terlihat pada jabatan atau ketika
memanggil atasan atau senior dengan sebutan awal Khun atau gelar lain di depan
nama. Hai Kiad ditunjukkan pula dengan tidak mengkritik atau mengonfrontasi
individu lain di depan umum.
4.
Nam Jai,
yakni sikap mempunyai inisiatif atau keinginan menolong orang lain tanpa
pamrih, tidak mengharapkan balasan dari pihak yang ditolong. Sikap ini
diharapkan tersirat kuat pada setiap pemimpin perusahaan atau CEO Thailand.
5.
Hen Jai,
secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai kemampuan melihat dengan hati.
Inilah sikap kepada atasan atau yang lebih senior untuk berempati terhadap
bawahan atau karyawan junior, misalnya memberikan dukungan ke bawahan yang
perlu cuti mendadak untuk membawa anaknya yang sakit ataupun mendengarkan karyawan
yang merasa beban kerjanya berlebihan. Pengaruh Hen Jai sangatlah besar, karena
mampu memberikan motivasi yang besar kepada karyawan. Tidak heranlah banyak
pegawai Thailand yang loyalitasnya
cenderung kepada atasan ketimbang perusahaan. Ini dalam arti positif, yang mana
perusahaan juga diuntungkan dengan rendahnya kinerja karyawan dan meningkatnya
produktivitas kerja.
6.
Sam Ruan,
sikap yang diambil dari ajaran agama Buddha yang merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Thailand, yang
berarti jalan tengah, yang mana seorang pemimpin diharapkan mampu mengendalikan
sikap emosi berlebihan seperti menunjukkan kemarahan atau argumen keras di
depan orang banyak. Masyarakat Thailand secara umum mempunyai sifat lembut,
sensitif dan sangat tidak nyaman dengan suasana emosi dan marah.
Selain yang diatas dalam manajemen Thailand juga penting Menjaga
Rasa dan Menjaga Muka atau Saving face yaitu sesuatu yang merujuk pada karakter
selalu berusaha keras mengendalikan situasi dan “menyelamatkan muka” individu
lain. Sangat penting bagi individu Thailand mempunyai rasa hormat yang tinggi
di depan karyawan, pelanggan dan keluarga. Dalam model CEO gaya AS atau Eropa,
sikap konfrontatif dan argumentatif bisa dinilai positif, kadang disebut
sebagai debat yang sehat, namun, sikap ini kurang bisa diterima oleh masyarakat
Thailand.
Kritik yang membangun juga tidak ada dalam kamus manajemen
Thailand, karena setiap kritik pasti akan melukai perasaan pihak yang dikritik
dan membuat individu lain kehilangan muka. Pimpinan Thailand akan selalu
mencari cara menyelesaikan masalah tanpa konfrontasi berlebihan dan kadang
terlihat kompromistis demi menjaga situasi dan hubungan agar tetap terbangun
baik.
Intinya menjaga hubungan antarindividu ataupun atasan-bawahan
adalah sangat penting dalam dunia kerja di Thailand dan hal tersebut dapat
dilakukan dengan rumus yang sederhana, yakni berbicara secara perlahan, banyak
tersenyum, tenang, sabar, dan bersikap bersahabat.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari perbedaan budaya berkerja
antara Indonesia dan Thailand adalah meskipun sama-sama negara Asia Tenggara
yang masih berkembang, negara Thailand lebih menghargai waktu dibandingkan
dengan Indonesia serta mereka sangatlah bangga atas produk dalam negeri mereka
sendiri, selain itu budaya berkerja, kepemimpinan serta manajemen perusahaan di
Thailand sangatlah lekat dengan budaya sehari-hari masyarakatnya yang mayoritas
penganut agama Buddha, ini memanglah bukan hal yang salah namun akan sedikit
memberikan kesulitan dalam beradaptasi ketika akan berkerjasama dengan pihak
luar yang memiliki budaya dan gaya berkerja yang berbeda dari biasanya yang
berlaku di Thailand. Jadi meski Thailand memiliki banyak hal positif yang patut
Indonesia contoh, tetapi tetap saja adahal
yang harus disesuaikan juga dengan budaya yang ada di negara Indonesia.
Sumber
Artikel ini juga sudah saya post sebelumnya diblog saya yang lainnya
TERIMAKASIH
MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN